Monday, April 22, 2013

BENDUNGAN ASI


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  ANATOMI PAYUDARA
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800gr.
Payudara atau mammae  adalah  struktur   kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur makroskopis dan mikroskopis.
1.         Struktur makroskopis
a.         corpus
corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari  Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus , Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-bagian , jaringan ikat , jaringan lemak , pembuluh darah , saraf  dan pembuluh limpa.
b.         Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.
c.         Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.
2.         Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
a.          Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
b.         Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
c.          Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d.         Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

B.   FISIOLOGI LAKTASI
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan cakupan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah alveoli, didalam alveoli terdapat sel acinin yang mengandung ASI, masing masing alveoli dihubungkan duktus alveoli kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.

C.  DEFINISI BENDUNGAN ASI
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)

D.  ETIOLOGI
1.         Pengosongan mamae yang tidak sempurna 
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2.         . Faktor hisapan bayi yang tidak aktif 
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3.         Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar 
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4.         Puting susu terbenam. 
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5.         Puting susu terlalu panjang 
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

E.   PATOFISIOLOGI
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).

F.   TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1.      Payudara keras dan panas pada perabaan
2.      Suhu badan naik
3.      Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.
4.      Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2009)

G.  DIAGNOSIS
1.        Cara inspeksi
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
2.        Cara palpasi
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan palpasi(prawirohardjo,2005)

H.  PENCEGAHAN
1.        Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin sebelum 30 menit setelah bayi dilahirkan
2.        Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3.        Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4.        Perawatan payudara pasca persalinan
5.        Menyusui yang sering
6.        Hindari tekanan lokal pada payudara

I.     TERAPI DAN PENGOBATAN
Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1.        Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2.        Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3.        Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4.        Gunakan BH yang menopang
5.        Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

J.     PENANGANAN DAN PERAN BIDAN
1.        Mencegah terjadinya payudara bengkak.
2.        Susukan bayi segera setelah lahir.
3.        Susukan bayi tanpa di jadwal.
4.        Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek.
5.        Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.
6.        Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
7.        Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
8.        Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres sebelum menyusui.
9.        Untuk mengurangi bendungan divena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah korpus mamae,ibu harus rileks,pijat leher dan punggung belakang.
10.    Bagi ibu menyusui,dan bayi tidak menetek,bantulah memerah air susu dengan tangan dan pompa .
11.    Berikan konseling suportif
Yakinkan kembali tentang nilai menyusui, bahwa yang aman untuk diteruskan ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudarany akan pulih baik bentuk maupun funsinya.

K.  PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS MENURUT DEPKES, RI (1993)
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
1.        Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. 
2.        Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan. 
3.        Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

No comments:

Post a Comment