Monday, April 22, 2013

BENDUNGAN ASI


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  ANATOMI PAYUDARA
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800gr.
Payudara atau mammae  adalah  struktur   kulit yang dimodifikasi, berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur makroskopis dan mikroskopis.
1.         Struktur makroskopis
a.         corpus
corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari  Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus , Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-bagian , jaringan ikat , jaringan lemak , pembuluh darah , saraf  dan pembuluh limpa.
b.         Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.
c.         Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.
2.         Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
a.          Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
b.         Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
c.          Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d.         Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

B.   FISIOLOGI LAKTASI
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan cakupan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah alveoli, didalam alveoli terdapat sel acinin yang mengandung ASI, masing masing alveoli dihubungkan duktus alveoli kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.

C.  DEFINISI BENDUNGAN ASI
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)

D.  ETIOLOGI
1.         Pengosongan mamae yang tidak sempurna 
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2.         . Faktor hisapan bayi yang tidak aktif 
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3.         Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar 
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4.         Puting susu terbenam. 
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5.         Puting susu terlalu panjang 
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

E.   PATOFISIOLOGI
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).

F.   TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005):
1.      Payudara keras dan panas pada perabaan
2.      Suhu badan naik
3.      Putting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.
4.      Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2009)

G.  DIAGNOSIS
1.        Cara inspeksi
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.
2.        Cara palpasi
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan palpasi(prawirohardjo,2005)

H.  PENCEGAHAN
1.        Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin sebelum 30 menit setelah bayi dilahirkan
2.        Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3.        Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4.        Perawatan payudara pasca persalinan
5.        Menyusui yang sering
6.        Hindari tekanan lokal pada payudara

I.     TERAPI DAN PENGOBATAN
Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:
1.        Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2.        Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3.        Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4.        Gunakan BH yang menopang
5.        Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

J.     PENANGANAN DAN PERAN BIDAN
1.        Mencegah terjadinya payudara bengkak.
2.        Susukan bayi segera setelah lahir.
3.        Susukan bayi tanpa di jadwal.
4.        Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek.
5.        Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI.
6.        Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
7.        Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
8.        Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan kompres sebelum menyusui.
9.        Untuk mengurangi bendungan divena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah korpus mamae,ibu harus rileks,pijat leher dan punggung belakang.
10.    Bagi ibu menyusui,dan bayi tidak menetek,bantulah memerah air susu dengan tangan dan pompa .
11.    Berikan konseling suportif
Yakinkan kembali tentang nilai menyusui, bahwa yang aman untuk diteruskan ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa payudarany akan pulih baik bentuk maupun funsinya.

K.  PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS MENURUT DEPKES, RI (1993)
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
1.        Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. 
2.        Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan. 
3.        Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.

KEMBAR SIAM


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Istilah kembar siam berawal dari pasangan kembar siam terkenal Chang dan Eng Bunker (1811-1874) yang lahir di Siam (sekarang Thailand). Kasus kembar siam tertua yang tercatat adalah Mary dan Eliza Chulkhurst dari Inggris yang lahir pada tahun 1100-an.
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5% dan 25% dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan.
Beberapa tahun belakangan kehamilan kembar atau lebih dari satu sedang meningkat. Secara umum, hal ini karena peningkatan penggunaan obat untuk fertilitas (kesuburan), tapi kehamilan kembar juga dikarenakan sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memilik keturunan atau genetik kembar.
1.2              Tujuan

a)         Untuk mengetahui proses terjadinya kehamilan kembar siam
b)        Untuk mengetahui penyebab terjadinya kehamilan kembar siam
c)         Untuk mengetahui klasifikasi kembar siam

BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Definisi
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik  obat  penyubur  yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna  juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak, bahkan sampai lima dan enam. Selain itu, penyebab lahirnya bayi kembar siam adalah karena adanya proses pembelahan sel telur yang tidak sempurna.

B.     Proses Terjadinya Kembar Siam
Secara garis besar  kembar dibagi menjadi dua yaitu Monozigot (kembar yang berasal dari satu telur) dan dizigot (kembar yang berasal dari dua telur). Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma,  lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 - 72 jam,  4 - 8 hari,  9-12  dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua,  selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya,  perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya  waktu pembelahannya kelamaan,  sehingga sel telur keburu berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13 hari.
Dari keempat pembelahan tersebut,  tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama,  karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya.  Faktor yang memengaruhi waktu pembelahan dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

C.     Klasifikasi Kembar Siam
Kembar siam itu sendiri yang kebanyakan berjenis kelamin perempuan, terbagi dalam beberapa jenis kasus yang didasari posisi pelekatan keduanya. Dari seluruh kembar dempet, kebanyakan dempet terjadi pada empat anggota tubuh, yaitu dada sebanyak 40 persen, perut 35 persen, kepala 12 persen dan panggul antara enam hingga sepuluh persen.

Ada beberapa jenis kembar siam:
a)                Thoracopagus: kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah. (35-40% dari seluruh kasus)
b)                Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati, sistem pencernaan, diafragma dan organ-organ lain. (34% dari seluruh kasus)
c)                Xiphopagous: kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.
d)                Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang. (19% dari seluruh kasus)
e)                Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak. Dikenal juga dengan istilah janiceps (untuk dewa Janus yang bermuka dua) atau syncephalus.
f)                  Cephalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala dan thorax. Jenis kembar siam ini umumnya tidak bisa bertahan hidup. (juga dikenal dengan epholothoracopagus atau craniothoracopagus)
g)                Craniopagus: tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah. (2%)
h)                Craniopagus parasiticus - bagian kepala yang kedua yang tidak memiliki tubuh.
i)                  Dicephalus: dua kepala, satu tubuh dengan dua kaki dan dua atau tiga atau empat lengan (dibrachius, tribrachius atau tetrabrachius) Abigail dan Brittany Hensel, adalah contoh kembar siam dari Amerika Serikat jenis dicephalus tribrachius.
j)                  Ischiopagus: kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh. (6% dari seluruh kasus)
k)                Ischio-omphalopagus: Kembar siam yang bersatu dengan tulang belakang membentuk huruf-Y. Mereka memiliki empat lengan dan biasanya dua atau tiga kaki. Jenis ini biasanya memiliki satu sistem reproduksi dan sistem pembuangan.
l)                  Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang seringkali dibagi. (5% dari seluruh kasus)
m)              Diprosopus: Satu kepala dengan dua wajah pada arah berlawanan.

D.    Persentase hidup Kembar Siam
Sejumlah kesimpulan medis menyebutkan, terjadi satu kasus kembar siam untuk setiap 200 ribu kelahiran. Jadi, jika Indonesia berpenduduk 200 juta, ada peluang 1.000 kasus kembar siam!. Dari semua kelahiran kembar siam, diyakni tak lebih dari 12 pasangan kembar siam yang hidup di dunia. Saat dilahirkan kebanyakan kembar siam sudah dalam keadaan meninggal, yang lahir hidup hanya sekitar 40 persen.
Dari mereka yang lahir hidup,  75 persen meninggal pada hari-hari pertama dan hanya 25 persen yang bertahan hidup. Itu pun sering kali disertai dengan kelainan bawaan dalam tubuhnya (incomplete conjoined twins). Apakah itu organ pada bagian ekstoderm, yakni kulit, hidung dan telinga, atau mesoderm yang mencakup otot, tulang dan saraf, atau bias juga indoderm, yakni bagian organ dalam seperti hati, jantung, paru dan otak.
Kasus kembar siam di Indonesia
Seperti halnya belahan dunia lain, kasus kembar siam juga terjadi di Indonesia. Kemajuan dan kemampuan tenaga medis Indonesia berikut peralatan kedokteran yang cukup membanggakan, membuat operasi bisa dilangsungkan di Tanah Air. Namun ada juga yang harus dibawa ke luar negeri. Berikut beberapa kasus kembar siam lainnya yang terjadi di Indonesia.
Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani
Operasi pemisahan kembar siam dempet kepala Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani merupakan kesuksesan besar dalam dunia kedokteran di Tanah Air karena dempet kepala pertama yang berhasil dipisahkan di Indonesia.
Yuliana dan Yuliani lahir di RS Tanjung Pinang, Riau, pada 31 Juli 1987. Kondisinya saat itu dempet kepala di bagian ubun-ubun (craniopagus vertical). Saat dioperasi selama 13 jam pada 21 Oktober 1987, mereka masih berusia 2 bulan 21 hari. Proses pemisahan yang dipimpin Prof. Dr. R.M. Padmosantjojo dengan total 96 dokter, berlangsung di RS Cipto Mangunkusomo dengan biaya Rp 42 juta. Saat ini keduanya tinggal bersama orangtuanya Tularji dan Hartini di Tanjungpinang, Riau.
Kasus mereka menjadi momentum. Ini untuk pertama dokter Indonesia berhasil memisahkan bayi kembar siam yang dempet pada tengkorak kepala. Jarang kembar siam dengan kondisi seperti mereka yang selamat dari meja operasi. Termasuk yang tidak selamat itu adalah kembar siam asal Iran Ladan-Laleh Bijani. Kelahiran bayi kembar siam memiliki rasio 1:200 ribu kelahiran, tetapi kembar dengan bagian atas kepala menyatu atau craniopagus memiliki persentasi dua persen dari rasio tersebut. Hanya 15 persen kembar craniopagus hidup hingga usia lima tahun dan hanya satu yang mencapai usia dewasa.







BAB III
PEMBAHASAN
A.     Kasus
B.       Asuhan Kebidanan dengan 7 lankah varney

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

No Register                            : 01298566
Masuk RS Tanggal/Pukul     : 07-3-2013 08:00 WIB
Dirawat Di Ruang                  : Ruang VK

I.          PENGKAJIAN DATA   Tanggal/Pukul : 07-03-2013, 08:00 WIB, Oleh : Bidan

A.   Biodata                       Ibu                                                       Suami
1.    Nama Istri                    : Ny. S                         Nama Suami     : Tn. R
2.    Umur                : 24 th                           Umur               : 26 th
3.    Agama                         : Islam                          Agama             : Islam
4.    Suku                            : Jawa                           Suku                : Jawa
5.    Pendidikan                   : SMP                         Pendidikan       : SMA
6.    Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan         : Swasta
7.    Alamat                         : Bener Kulon, Ambal-Kebumen          

B.   Data Subjektif
1.    Alasan Dirawat
Ibu mengatakan ingin melahirkan

2.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengatakan mengeluarkan lendir darah sejak pukul
3.    Riwayat Menstruasi
Menarche             : 14 tahun
Siklus                    : 28 hari
Lama                     : 6-7 hari
Sifat darah             : cair dan tidak menggumpal
Teratur/ tidak         : Teratur
Keluhan                 : tidak ada

4.                  Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : sah                 Usia kawin pertama      : 22 tahun
Menikah ke                       : 1 kali              Lama                           : 2 tahun
5.                  Riwayat Obstetric : G1 P0  A0 Ah0

Hamil ke
Persalinan
nifas
tanggal
uk
Jenis persalinan
penolong
komplikasi
jk
Bb lahir
laktasi
komplikasi
1
Hamil sekarang












6.                  Riwayat Kontrasepsi Yang Digunakan
No
Jenis kontrasepsi
Pasang
lepas
tgl
oleh
tempat
keluhan
Tgl
oleh
tempat
alasan

Belum pernah



















7.                  Riwayat kehamilan sekarang
a.                  HPM         : 14-06-2012                           HPL     : 21-03-2013
b.                  ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
c.                  Kunjungan ANC
       Trimester 1
       Frekuensi       : 1 kali              Tempat : BPM              Oleh : Bidan
       Keluhan         : mual muntah, pusing
       Terapi            : asam folat 3x1, B6 1x1, B12 1x1
       Trimester  II
       Frekuensi       : 2 kali              Tempat : BPM              Oleh : Bidan
       Keluhan         : tidak ada
       Terapi            : Fe 1x1, Vit C 1x1,multivitamin 1x1
       Trimester  III
       Frekuensi       : 6 kali              Tempat : BPM              Oleh : Bidan
       Keluhan         : sering kencing, pegal-pegal
       Terapi            : Fe 1x1, Vit C 1x1
d.                  Imunisasi TT : 3 kali
e.                  Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janin ± 16 kali dalam 12 jam

8.    Riwayat Kesehatan
a.     Penyakit yang pernah atau sedang diderita (menular,menurun, menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV, PMS) menurun (Hipertensi, DM, Asma) dan menahun (jantung, ginjal, paru).
b.    Penyakit yang pernah atau sedang diderita keluarga (menular,menurun, menahun)
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak pernah/sedang menderita penyakit menular ( TBC, Hepatitis, HIV, PMS) menurun ( Hipertensi, DM, Asma) dan menahun ( jantung, ginjal, paru).
c.     Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihaknya tidak memiliki riwayat keturunan kembar tetapi dari pihak suaminya memiliki riwayat kehamilan kembar.
d.    Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi seperti sesar, usus buntu, kista
e.     Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat misalnya antibiotik dan lain-lain.

9.    Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a.     Nutrisi
Makan                                                                  Minum
Frekuensi              : 3 kali/ hari                               7-8  kali/ hari   
Jenis                      : nasi, sayur, lauk                      air putih, teh
Porsi                     : 1 piring                                   1 gelas
Pantangan              : tidak ada                                tidak ada
Keluhan                 : tidak ada                                tidak ada
b.                Pola Eliminasi
BAB                                                                     BAK
Frekuensi         : 1 kali sehari                                 5-6 kali sehari
Warna               :  khas feses                                   kuning jernih
Konsistensi : lembek                                              cair
keluhan             : tidak ada                                     tidak ada
c.                 Istirahat dan tidur
Tidur Siang                                                            Tidur Malam
Lama                : 1 jam/hari                                    6 jam/ hari
Keluhan            :  tidak ada                                    tidak ada
d.                Personal hygine
Mandi                                : 2 x/hari
Gosok gigi                          : 2 x/hari      
Ganti pakaian                     : 2 x/hari
Mencuci rambut                 : 3 x/minggu
e.                 Pola seksualitas
Frekuensi   : 1 kali/minggu               keluhan : tidak ada
f.                  Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan melakukan aktivitas seperti memasak, menyapu, mencuci
Ibu mengatakan rutin melakukan jalan-jalan pagi
g.                 Pola pemenuhan kebutuhan terakhir
Makan, tanggal      07-03-2013     jam 06.45 WIB            jenis Nasi,Sayur,Lauk
Minum, tanggal      07-03-2013     jam 07.30 WIB            jenis Air Putih
BAK, tanggal        07-03-2013     jam 07.45 WIB                                   
BAB, tanggal         07-03-2013     jam 07.45 WIB           
Istirahat/tidur, tanggal 06-03-2013 jam 22.00 WIB

10.Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan baik dirinya dan keluarga tidak ada yang merokok
Ibu mengatakan tidak minum jamu
Ibu mengatakan baik dirinya maupun keluarga tidak ada yang minum minuman beralkohol.

11.            Psikososiospiritual (persiapan menghadapi persalinan)
Ibu mengatakan cemas dan takut dalam menghadapi persalinannya
Ibu mengatakan suami dan keluarganya sangat mendukung dengan kelahiran bayinya


12.            Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan dan laktasi)
-           Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan yaitu adanya perubahan pada dirinya seperti perut membesar karena ada pertumbuhan janin
-           Ibu mengatakan sudah mengetahui persalinan yaitu adanya tanda-tanda persalinan seperti pengeluaran lendir darah, perut mules, ada dorongan ingin meneran
-           Ibu mengatakan akan menyusui bayinya selama 6 bulan pertama kehidupannya

C.   Data Objektif
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan umum     : Baik              
Kesadaran             : Composmentis
Status emosional    : Stabil
Tanda-tanda vital   :
TD            : 120/90 mmHg
Nadi          : 84 x / menit    
RR            : 20 x / menit    
Suhu          : 36.6 ° C
TB            : 155 cm
BB sebelum hamil  : 50 kg              BB sekarang     : 66 kg
2.    Pemeriksaan Fisik
Kepala                  : Mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, kulit kepala bersih,   rambut hitam dan lurus.
Wajah                   : Ovale, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada bekas luka, tidak ada odem
Mata                     : simetris, konjungtiva merah muda, mata bersih, sclera putih, tidak strabismus,  reflex pupil +
Hidung                  : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut                    : bibir lembab warna merah muda, tidak ada karies gigi, gusi tidak berdarah, tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, tidak labioskizis
Telinga                  : simetris, tidak ada penumpukan serumen, pendengaran baik
Leher                    : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada                     : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bunyi wheezing.
Payudara               : ada pembesaran, aerola hiperpigmentasi, putting menonjol, sudah ada pengeluaran kolostrum
Abdomen              : tidak ada bekas luka, TFU 2 jari di bawah pusat
Palpasi leopold
Leopold I              : Pada bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II             : Pada bagian kiri perut ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
Pada bagian kanan perut ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
Leopold III            : Pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold IV           : Pada bagian terendah janin tidak masuk panggul
              Palpasi Supra Pubic           : tidak dilakukan
              Osborn Test                      : tidak dilakukan
              TFU Menurut Mc Donald : 38 cm              TBJ : (38-11)x155=4185 gram
              His                        : 2 kali dalam 10 menit lama kurang dari 20 detik
Auskultasi DJJ       : 140 x/menit di bagian kanan perut ibu, 144 x/menit di bagian kiri perut ibu
Ekstremitas
Atas                      : simetris, gerakan aktif, tidak terdapat oedema, kuku tidak pucat, LILA 25 Cm 
Bawah                   : simetris, gerakan aktif, tidak terdapat oedema, kuku tidak pucat, reflex patella +/+, tidak ada varises.
Genetalia               : vagina bersih, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, tidak ada varises, tidak ada tanda infeksi
Anus                     : tidak ada hemoroid
                                    Pemeriksaan panggul (bila perlu) :tidak dilakukan
                                    Pemeriksaan dalam            tanggal : 07-03-2013                jam : 08.15 WIB
Indikasi     : Pengeluaran lendir darah, Kenceng-kenceng teratur
Tujuan       : Untuk mengetahui apakah ibu sudah masuk fase persalinan atau belum
Hasil          : VU tenang, dinding vagina licin, portio teraba tebal kaku mencucu, pembukaan 1 cm, selket (+), STLD (+), AK (-)

3.    Pemeriksaan Penunjang                    Tanggal: -                     Pukul : -
Tidak ada
4.    Data Penunjang
USG terdapat janin ganda
Protein urine (-)
Hb : 11,1 gr/dl

II.          INTERPRETASI DATA
1.                Diagnosa  kebidanan
Ny. S umur 24 tahun G1 P0 A0 UK 37+2 minggu janin hidup ganda intrauterin PUKA PUKI preskep dengan kembar siam
Data Dasar :
Ds:
-  Ibu mengatakn berumur 24 tahun
-  Ibu mengatakan ini kelahiran anak pertama dan belum pernah kegguguran
-  Ibu mengatakan HPHT 14-06-2012
Do:
Tanda-tanda vital   :
TD            : 120/90 mmHg
Nadi          : 84 x / menit    
RR            : 20 x / menit    
Suhu          : 36.6 ° C
TB            : 155 cm
BB sebelum hamil  : 50 kg              BB sekarang     : 66 kg
Palpasi leopold :
Leopold I              : Pada bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold II             : Pada bagian kiri perut ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
Pada bagian kanan perut ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung)
Leopold III            : Pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting (kepala)
Leopold IV           : Pada bagian terendah janin tidak masuk panggul
TFU Menurut Mc Donald : 38 cm              TBJ : (38-11)x155=4185 gram
Hasil Pemeriksaan Dalam : VU tenang, dinding vagina licin, portio teraba tebal kaku mencucu, pembukaan 1 cm, selket (+), STLD (+), AK (-)

2.                Diagnosa Masalah
cemas
Data Dasar :
Ds:
-  Ibu mengatakan cemas dengan keadaan janinnya
-  Ibu mengatakan takut menghadapi persalinannya
Do:
-  Ibu terlihat gelisah dan mengeluarkan banyak keringat

III.          IDENTIFIKASI  DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

IV.          TINDAKAN SEGERA
1.    Mandiri
Tidak ada
2.    Kolaborasi
Tidak ada
3.    Merujuk
Tidak ada

V.          PERENCANAAN           TANGGAL : 07-03-2013                    JAM : 08.20 WIB
1.    Beritahu ibu hasil dari pemeriksaan
2.    Beritahu ibu tentang keadaan janinnya
3.    Beri motivasi dan dukungan pada ibu dan keluarga
4.    Beri ibu nutrisi
5.    Beri tahu suami dan kelurga bahwa ibu akan di rujuk
6.    Lakukan rujukan
7.    Dokumentasi

VI.          PELAKSANAAN            TANGGAL : 07-03-2013                    JAM : 08.30 WIB
1.    Memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik yaitu TD : 120/90 mmHg, Nadi : 84 x / menit, RR : 20 x / menit, Suhu : 36.6 ° C, pembukaan : 1 cm ibu sudah masuk dalam fase persalinan.
2.    Memberitahu ibu tentang keadaan janinnya, bahwa janin dalam keadaan sehat denyut jantung normal.
3.    Memberikan motivasi dukungan moral, spiritual dan social kepada ibu dan keluarga yaitu ibu tidak perlu khawatir dengan kondisi janinnya saat ini, Ibu dan keluarga harus tetap berdoa supaya persalinannya dapat berjalan dengan lancar.
4.    Memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi kepada ibu yaitu makan dan minum.
5.    Memberitahu suami dan keluarga bahwa ibu akan di rujuk karena keadaan bayi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan proses persalinan dengan normal.
6.    Melakukan rujukan ke RSUD Kebumen yang  memiliki penanganan kegawat daruratan obstetric
7.    Melakukan dokumentasi

VII.          EVALUASI                     TANGGAL : 07-03-2013                    JAM : 09.00 WIB
1.    Ibu sudah mengetahui keadaannya, ibu menganggukkan kepala ketika diberikan penjelasan oleh bidan.
2.    Ibu telah mengetahui keadaan janinnya, ibu mengatakan akan menerima dengan ikhlas keadaan janinnya.
3.    Ibu dan keluarga sudah merasa lebih tenang setelah mendapat dukungan dan motivasi dari bidan.
4.    Ibu sudah makan dan minum
5.    Suami dan keluarga sudah mengerti bahwa ibu akan dirujuk dan menyetujui setelah mendapat penjelasan dari bidan
6.    Ibu telah di rujuk ke RSUD Kebumen
7.    Telah dilakukan pendokumentasian